Filipi 4: 4-7
Sukacita daripada Allah adalah sukacita yang tidak berdasarkan uang, kesehatan, keadaan, jabatan. Sumbernya berasal dari Allah.
Sukacita daripada Allah adalah sukacita yang tidak berdasarkan uang, kesehatan, keadaan, jabatan. Sumbernya berasal dari Allah.
Paulus dengan begitu keras, begitu bersungguh-sungguh, penuh dengan
dorongan cinta kasih, meminta jemaat Filipi untuk bersukacita di dalam Tuhan.
Bahkan ditambah dengan satu kalimat lagi: Sekali lagi kukatakan:
Bersukacitalah! Mengapa sampai perlu diulang? Karena hidup Kristen adalah hidup
yang bersukacita, tetapi di belakang itu hidup Kristen adalah hidup yang paling
sulit bersukacita.
XIV. Nasihat Rasuli (4:1-9)
Sang rasul menasihati dua orang perempuan agar mereka membuang perbedaan-perbedaan yang ada di antara mereka, menunjukkan bahwa doa merupakan obat bagi kekhawatiran dan mendorong agar mereka miliki suasana berpikir yang lebih luhur.
Wycliffe: Flp 4:4 - senantiasa // bersukacitalah // dalam Tuhan. 5 // kebaikan hati // Tuhan sudah dekat
4. Chairete adalah sebuah ungkapan perpisahan yang umum dipakai. Penambahan kata senantiasa menunjukkan bahwa yang ada dalam pikiran Paulus adalah artinya yang lebih dalam, bersukacitalah. Pengulangan menunjukkan bahwa keadaan di Filipi adalah sedemikian rupa sehingga nasihat semacam ini rasanya tidak masuk akal. Orang Kristen dapat diperintahkan untuk bersukacita, sebab sumber sukacita mereka bukan dalam situasi tetapi dalam Tuhan. 5. Kata yang agak sulit diartikan epieikes, kebaikan hati menunjuk kepada kesediaan untuk mendengarkan alasan, kesediaan untuk tidak membalas. Motivasi bagi "sikap manis" ini adalah kedatangan kembali Kristus yang sudah dekat. Tuhan sudah dekat. Kata-kata sandi dari gereja mula-mula (bdg. kata Aram yang sama artinya maranatha, dalam I Kor. 16:22).
Ada pertanyaan dari seorang yang sudah tua: bagaimana saya bisa
memotivasi anak saya dengan hal yang baik dan benar sedangkan untuk memotivasi
diri saya sendiri saja begitu sulitnya? Saya mengatakan: kamu kasihan dan telah
salah karena kamu telah salah pre-suposisi yaitu kamu pikir kalau kamu
mengalami kesulitan pasti anakmu juga mengalami kesulitan. Anak yang sejak
kecil sudah dimotivasi untuk memiliki hati yang benar, yang takut akan Tuhan,
akan lebih gampang untuk dimotivasi dengan hal yang baik dan benar; sedangkan
orang yang sudah tua akan jauh lebih susah dan membutuhkan anugerah yang lebih
besar.
1. Filipi 4:5: Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan
sudah dekat!
Kalimat yang terakhir kuranglah tepat. Dalam bahasa Indonesia memakai
bentuk perfect tense, sedangkan dalam bahasa aslinya memakai bentuk auris
tense. Dalam Alkitab bahasa Inggris: God is near atau God is at hand, berarti:
Tuhan adalah dekat.
Kata “sudah” mempunyai arti perfect tense dan juga mempunyai arti
eskatologis yang berarti kiamat. Orang yang berbuat baik karena akan kiamat
akan menjadi susah untuk bersukacita.
Karena Tuhan itu dekat, maka kita dapat berbuat baik kepada semua
orang. Semua penafsir memberikan satu istilah yang sangat spesifik kepada
istilah “baik”. Calvin mengatakan: kata ini lebih baik diterjemakan memakai
kata “moderate”; tetapi kata “moderate” sebenarnya tidaklah cocok. Kata aslinya
“eikoo”. Menerjemakan kata ini ternyata begitu tidak mudah. Lensky mencari
terjemahan kata ini dalam bahasa Latin, yang merupakan bahasa dengan tata
bahasa satu tingkat di bawah bahasa Yunani dan memiliki kekayaan kualitas
bahasa yang dekat dengan bahasa Yunani, juga tidak menemukan terjemahan kata
ini. Dia mengatakan: eikoo adalah ekspresi dari sebuah karakter yang persis
seperti karakter Tuhan, artinya: apa yang menjadi karakter Tuhan
ditunjuk-tunjukkan. Unsur yang terdapat dalam kata eikoo ini yang paling
penting adalah “moderate” yaitu semua tindakan kita yang paling tepat (the most
proper way). Orang akan melihat bahwa inilah cara yang paling baik dan tidak
ada yang lain. Kita bisa menunjukkan hal itu karena Tuhan dekat dengan kita/ di
sebelah kita.
Jadi ide dari ayat diatas adalah: agar dapat bersukacita, maka kita
harus hidup dengan cara Tuhan beserta kita. Kita tidak perlu sungkan untuk
menampilkan hidup yang diinginkan Tuhan. Dengan menampilkannya, maka kita akan
bersukacita. Tetapi pada waktu kita menampilkan kebajikan dari sudut pandang
Tuhan, tidak semua orang akan suka.
Kalimat dalam ayat diatas seringkali diartikan: marilah kita berbuat
baik kepada semua orang agar mereka tidak memusuhi kita, agar mereka suka
kepada kita. Ayat diatas tidak berbicara seperti itu. Tujuan kita berbuat baik
menurut ayat diatas adalah supaya Tuhan dekat kepada kita, kita dekat kepada
Tuhan. Kalau kita berbuat baik supaya orang lain suka kepada kita tetapi
ternyata Tuhan tidak suka kepada kita, inilah yang celaka.
Tugas kekristenan adalah menunjukkan kepada dunia, pada waktu itu kita memproklamasikan
kebenaran dan Tuhan. Pada waktu kita memproklamasikan Tuhan, dan proper way,
kita akan bersukacita.
2. Filipi 4:6: Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga,
tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur.
Kita bersyukur karena kita punya Tuhan, kita ditebus oleh Tuhan, Tuhan
menarik kita sehingga kita bisa hidup bersama Dia. Hidup di tengah dunia ini
memang dipenuhi oleh kekuatiran/ ketakutan. Ketika kita kuatir, kita akan
memusingkan banyak hal, kita akan mengalami banyak hal seperti: psikologi kita
tergerus, pribadi kita tergerus, hidup tidak nyaman. Orang yang kuatir akan
terus terputar dalam posisi negatif yang akan membuat hidup semakin turun.
Kuatir juga menyebabkan ketidakefisienan/ pemborosan baik dalam hal waktu,
tenaga, pikiran, uang dan banyak hal yang lain.
Inti terakhir dari kekuatiran adalah takut mati. Orang sebenarnya lebih
takut sengsara daripada mati, daripada sengsara lebih baik mati. Jadi kalau
kita bisa dipancing untuk takut terhadap kesengsaraan maka habislah kita.
Paulus mengajarkan: aku tahu apa itu kelebihan, tapi aku juga tahu apa
itu kekurangan; aku tahu apa itu berlimpah, tapi aku juga tahu apa itu
sengsara; dan segala hal mampu kucukupkan di dalam Kristus yang memberi
kekuatan kepadaku. Kalimat itu merupakan implikasi hidup Paulus yang mendorong
jemaat untuk tidak kuatir dalam segala hal tetapi serahkanlah semuanya kepada
Tuhan melalui doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
Seorang Kristen adalah orang yang dapat menghadapi kesulitan besar
karena Tuhan beserta. Marilah kita belajar mengimplikasikan relasi bukan dalam
kesejajaran tetapi ke atas yaitu dengan Tuhan. Setiap pergumulan kita mari kita
gumulkan di hadapan Tuhan sehingga kita bisa tahu apakah doa dan permohonan
kita tepat atau tidak, lalu kita bisa koreksi diri dan kita menjadi bersyukur
karena dapat terus merasakan penyertaan Allah (providensia Allah).
Orang yang doanya salah yaitu terus menuntut/ meminta Tuhan maka orang
tersebut tidak akan dapat bersyukur. Setiap hal yang terjadi selalu kita
pertanyakan kepada Tuhan, Tuhan mau apa. Kita akan dapat bersukacita melalui
sudut pandang Tuhan.
3. Filipi 4:7: Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan
memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
Pola pikir dan seluruh eksistensi hidup kita dikembalikan kepada Tuhan,
maka kita akan mengalami suatu damai sejahtera yang tidak ada di dunia ini.
Alkitab mengatakan: damai sejahtera itu adalah damai sejahtera Allah, dan damai
sejahtera itu melampaui segala akal. Orang dunia tidak akan bisa mengerti,
mengetahui apalagi mengalami. Tuhan menyediakan suatu damai sejahtera yang
dahsyat luar biasa yang masuk ke dalam diri kita. Orang yang betul-betul
meninggalkan kepanikan, baru di dalamnya bisa tenang. Waktu dia meninggalkan
kepanikan, dia bersandar kepada Tuhan, maka Tuhan menyediakan damai sejahtera
yang tidak ada di dunia, seperti burung merpati yang bertengger di sebuah batu
besar di tengah lautan yang sedang bergolak; dia bisa tenang karena dia
bertengger di atas batu besar yang tidak tergoyahkan oleh badai. Inilah damai
yang tidak terganggu oleh hal diluar karena pelabuhan jiwa yang sudah sampai
kepada titik absolut. Setiap kali hidup kita bisa masuk ke pelabuhan jiwa yang
sampai di titik absolut, maka kita tidak akan goyah lagi. Ide ini sudah
ditangkap oleh pemikir-pemikir Hindu dan Budha, tetapi mereka tidak bisa
mendapatkan titik absolut tadi, karena mereka tidak bertemu dengan Tuhan Yesus
yang dapat memberikan posisi total absolut.
Kunci untuk mencapai pelabuhan jiwa tadi adalah pada waktu kita bisa
mencapai titik pusat dari seluruh eksistensi positif yang paling positif. Kita
kuatir kalau ada hal negatif yang akan menghantam kita. Kita bisa melawan hal
yang negatif kalau kita bersifat positif. Positif itu bisa sampai titik puncak
kalau kita bisa mencapai titik puncak absolut tadi.
1. Mencari keabsolutan di dalam ketidakabsolutan. Inilah yang
dikerjakan oleh semua kontemplatif di dunia Timur. Mereka menyendiri, bermeditasi,
memutlakkan posisi, mencoba mencapai moksa (yaitu naik ke atas menuju sifat
surgawi). Dengan melakukan semuanya itu mereka berharap sudah melabuhkan diri
pada titik yang absolut sehingga mereka bisa merasakan adanya damai sejahtera
batiniah mereka. Damai sejahtera batiniah yang didalam tidaklah sama dengan
damai sejahtera Tuhan, bedanya adalah yang dari Tuhan bersifat absolut sejati,
sedangkan yang batiniah merupakan absolut palsu. Untuk mencapai damai batiniah
ini mereka harus memotong relasi dengan dunia. Tetapi pada waktu mereka
memotong relasi dengan dunia, damainya malah hilang, karena dirinya tidak bisa
lepas dari semua hal yang ada di dunia. Untuk mencapai damai itu, mereka
mendirikan kuil-kuil dan hidup di situ untuk menikmati damai.
2. Mencari damai dengan cara: positive thinking yang diduniawikan. Cara
positif untuk mencapai damai sejahtera adalah seperti yang diungkapkan dalam
Filipi 4:7-9. Ayat tersebut dikunci dengan “damai sejahtera Allah” (ayat 7) dan
“Allah sumber damai sejahtera” (ayat 9). Bagian tengah yang diapit dua kata
kunci itulah yang dapat membuat kita damai sejahtera. Ketika damai sejahtera
Allah mengisi hidup kita, kita akan bersukacita. Dunia ini termasuk keinginan
kita yang kita puaskan tidak akan dapat membuat kita bersukacita. Keinginan
kita tidak akan terpuaskan. Damai sejahtera seharusnya tidak tergantung pada
halhal di luar diri. Tuhan menyediakan bagi kita harta karun yang begitu besar,
sayang kalau kita tidak bisa menikmatinya dan bahkan kalau kita diterkam oleh keduniawian
yang membuat apa yang Tuhan sediakan menjadi lewat dari hidup kita. ?
Satu-satunya cara untuk melenyapkan kekhawatiran adalah doa,
karena alasan-alasan berikut:
1.
1) Oleh doa kita memperbaharui kepercayaan kita dalam kesetiaan
Tuhan dengan menyerahkan segala kecemasan dan persoalan kita kepada Dia yang
memelihara kita (Mat 6:25-34; 1Pet 5:7).
2.
2) Damai sejahtera Allah akan mengawal hati dan pikiran kita
sebagai akibat dari persekutuan kita dengan Kristus Yesus (ayat Fili 4:6-7; Yes 26:3; Kol 3:15).
3.
3) Allah menguatkan kita untuk melakukan segala perkara yang Ia
inginkan dari kita (ayat Fili 4:13; Ef 3:16
lihat
cat. --> Fili 3:20).
[atau ref. Fili 3:20]
4.
4) Kita menerima rahmat, kasih karunia, dan pertolongan pada waktu
kita memerlukannya (Ibr 4:16).
5.
5) Kita yakin bahwa Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu
untuk kebaikan kita
(lihat
cat. --> Fili 4:11;
lihat cat. --> Rom 8:28).
Nas : Fili 4:7
Ketika kita berseru kepada Allah dari hati yang tinggal di dalam
Kristus dan Firman-Nya (Yoh 15:7), maka damai sejahtera Allah akan
membanjiri jiwa kita yang susah.
1.
1) Damai sejahtera ini adalah kesentosaan batin yang dibawa oleh
Roh Kudus (Rom 8:15-16). Perasaan itu meliputi keyakinan
yang teguh bahwa Yesus dekat dan bahwa kasih Allah akan bekerja di dalam
kehidupan kita demi kebaikan (Rom 8:28,32; bd. Yes 26:3).
2.
2) Bila kita menyerahkan segala kesusahan kita di hadapan Allah
dalam doa, damai sejahtera ini akan mengawali pintu hati dan pikiran kita,
sambil mencegah kesusahan dan dukacita hidup ini yang mengganggu kehidupan kita
dan meruntuhkan harapan kita di dalam Kristus (ayat Fili 4:6; Yes 26:3-4,12; 37:1-7; Rom 8:35-39; 1Pet 5:7).
3.
3) Kalau ketakutan dan kecemasan kembali, maka doa, permohonan,
dan ucapan syukur sekali lagi akan menempatkan kita di bawah damai sejahtera
Allah yang mengawali hati kita. Sekali lagi kita akan merasa aman dan
bersukacita di dalam Tuhan (ayat Fili 4:4;
lihat
art. DAMAI SEJAHTERA ALLAH).