Minggu, 18 Oktober 2020

 *SEMUA BERKAT TUHAN*


Awal Juli saya sempat bilang ke pemain2 musik yuk kita sumbang2an beli Sound mixer gereja rusak. Tapi masih diusahakan untuk di perbaiki. Tanggal 16 Juli Mixer dilihat teknisi dan ternyata butuh biaya besar dan akhirnya lebih baik untuk beli baru. Saya janji sm istri kita jauh sebelumnya kalo ada berkat kita tambah2 buat beli mixer gereja. Jemaat bilang ada sponsor 3jt untuk beli baru.


Tanggal 28 saya menang hadiah Telkomsel 500ribu Harga mixer 3.8jt. Puji Tuhan sponsor dan jemaat  bilang siap uang 3.3jt dari sy 500rb (uang hadiah telkomsel full walaupun belum masuk di rekening saya) , jadi pas 3.8jt dan mixer dibeli tanggal 1 Agustus. Tanggal 4 Agustus puji Tuhan uang hadiah telkomsel masuk. Haleluya 


Bulan Agustus kami punya banyak kebutuhan, uang kontrakan 12.5jt yang sangat besar dan kami kumpul2. Tanggal 15 Agustus saya dapat sms uang masuk 2.4jt dan saya cek benar uang masuk bantuan Pemerintah untuk UMKM tapi belum cair. 

Tanggal 31 kami cukup bayar kontrakan (uang kumpul2 + dari adik) dan bayar uang kuliah 2.3jt. Dan Puji Tuhan tanggal 10 September ini uang Presiden 2.4jt cair dan cukup untuk bayar sisa uang kuliah 2.2jt. Haleluya 


Uang bantuan Presiden padahal kami tidak pernah minta, tidak pernah mengajukan tiba2 saja ada sms dapat dan tepat karna kami sangat membutuhkan. 

Tuhan Yesus baik. 

Terimakasih juga Pak Presiden dan pemerintah 

Pesan-Pesan

Hari ini hari ke 9 saya batuk sejak demam panas 38.7 C.  Batuk, Indera penciuman hilang dan lidah kurang merasakan makanan. Kiranya Tuhan Yesus memberikan kekuatan kepada kita yang percaya dan berharap kepadaNya.

Teruslah berkarya bagi Kerajaan-Nya. Meskipun saya pribadi belum bisa banyak berbuat bagi pekerjaanNya. 


Sabtu, 29 Februari 2020


Filipi 4: 4-7

Sukacita daripada Allah adalah sukacita yang tidak berdasarkan uang, kesehatan, keadaan, jabatan. Sumbernya berasal dari Allah.
Paulus dengan begitu keras, begitu bersungguh-sungguh, penuh dengan dorongan cinta kasih, meminta jemaat Filipi untuk bersukacita di dalam Tuhan. Bahkan ditambah dengan satu kalimat lagi: Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Mengapa sampai perlu diulang? Karena hidup Kristen adalah hidup yang bersukacita, tetapi di belakang itu hidup Kristen adalah hidup yang paling sulit bersukacita.


XIV. Nasihat Rasuli (4:1-9)
Sang rasul menasihati dua orang perempuan agar mereka membuang perbedaan-perbedaan yang ada di antara mereka, menunjukkan bahwa doa merupakan obat bagi kekhawatiran dan mendorong agar mereka miliki suasana berpikir yang lebih luhur.

WycliffeFlp 4:4 - senantiasa // bersukacitalah // dalam Tuhan. 5 // kebaikan hati // Tuhan sudah dekat


4. Chairete adalah sebuah ungkapan perpisahan yang umum dipakai. Penambahan kata senantiasa menunjukkan bahwa yang ada dalam pikiran Paulus adalah artinya yang lebih dalam, bersukacitalah. Pengulangan menunjukkan bahwa keadaan di Filipi adalah sedemikian rupa sehingga nasihat semacam ini rasanya tidak masuk akal. Orang Kristen dapat diperintahkan untuk bersukacita, sebab sumber sukacita mereka bukan dalam situasi tetapi dalam Tuhan. 5. Kata yang agak sulit diartikan epieikeskebaikan hati menunjuk kepada kesediaan untuk mendengarkan alasan, kesediaan untuk tidak membalas. Motivasi bagi "sikap manis" ini adalah kedatangan kembali Kristus yang sudah dekat. Tuhan sudah dekat. Kata-kata sandi dari gereja mula-mula (bdg. kata Aram yang sama artinya maranatha, dalam I Kor. 16:22).


Ada pertanyaan dari seorang yang sudah tua: bagaimana saya bisa memotivasi anak saya dengan hal yang baik dan benar sedangkan untuk memotivasi diri saya sendiri saja begitu sulitnya? Saya mengatakan: kamu kasihan dan telah salah karena kamu telah salah pre-suposisi yaitu kamu pikir kalau kamu mengalami kesulitan pasti anakmu juga mengalami kesulitan. Anak yang sejak kecil sudah dimotivasi untuk memiliki hati yang benar, yang takut akan Tuhan, akan lebih gampang untuk dimotivasi dengan hal yang baik dan benar; sedangkan orang yang sudah tua akan jauh lebih susah dan membutuhkan anugerah yang lebih besar.

1. Filipi 4:5: Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!
Kalimat yang terakhir kuranglah tepat. Dalam bahasa Indonesia memakai bentuk perfect tense, sedangkan dalam bahasa aslinya memakai bentuk auris tense. Dalam Alkitab bahasa Inggris: God is near atau God is at hand, berarti: Tuhan adalah dekat.
Kata “sudah” mempunyai arti perfect tense dan juga mempunyai arti eskatologis yang berarti kiamat. Orang yang berbuat baik karena akan kiamat akan menjadi susah untuk bersukacita.
Karena Tuhan itu dekat, maka kita dapat berbuat baik kepada semua orang. Semua penafsir memberikan satu istilah yang sangat spesifik kepada istilah “baik”. Calvin mengatakan: kata ini lebih baik diterjemakan memakai kata “moderate”; tetapi kata “moderate” sebenarnya tidaklah cocok. Kata aslinya “eikoo”. Menerjemakan kata ini ternyata begitu tidak mudah. Lensky mencari terjemahan kata ini dalam bahasa Latin, yang merupakan bahasa dengan tata bahasa satu tingkat di bawah bahasa Yunani dan memiliki kekayaan kualitas bahasa yang dekat dengan bahasa Yunani, juga tidak menemukan terjemahan kata ini. Dia mengatakan: eikoo adalah ekspresi dari sebuah karakter yang persis seperti karakter Tuhan, artinya: apa yang menjadi karakter Tuhan ditunjuk-tunjukkan. Unsur yang terdapat dalam kata eikoo ini yang paling penting adalah “moderate” yaitu semua tindakan kita yang paling tepat (the most proper way). Orang akan melihat bahwa inilah cara yang paling baik dan tidak ada yang lain. Kita bisa menunjukkan hal itu karena Tuhan dekat dengan kita/ di sebelah kita.
Jadi ide dari ayat diatas adalah: agar dapat bersukacita, maka kita harus hidup dengan cara Tuhan beserta kita. Kita tidak perlu sungkan untuk menampilkan hidup yang diinginkan Tuhan. Dengan menampilkannya, maka kita akan bersukacita. Tetapi pada waktu kita menampilkan kebajikan dari sudut pandang Tuhan, tidak semua orang akan suka.

Kalimat dalam ayat diatas seringkali diartikan: marilah kita berbuat baik kepada semua orang agar mereka tidak memusuhi kita, agar mereka suka kepada kita. Ayat diatas tidak berbicara seperti itu. Tujuan kita berbuat baik menurut ayat diatas adalah supaya Tuhan dekat kepada kita, kita dekat kepada Tuhan. Kalau kita berbuat baik supaya orang lain suka kepada kita tetapi ternyata Tuhan tidak suka kepada kita, inilah yang celaka.

Tugas kekristenan adalah menunjukkan kepada dunia, pada waktu itu kita memproklamasikan kebenaran dan Tuhan. Pada waktu kita memproklamasikan Tuhan, dan proper way, kita akan bersukacita.

2. Filipi 4:6: Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

Kita bersyukur karena kita punya Tuhan, kita ditebus oleh Tuhan, Tuhan menarik kita sehingga kita bisa hidup bersama Dia. Hidup di tengah dunia ini memang dipenuhi oleh kekuatiran/ ketakutan. Ketika kita kuatir, kita akan memusingkan banyak hal, kita akan mengalami banyak hal seperti: psikologi kita tergerus, pribadi kita tergerus, hidup tidak nyaman. Orang yang kuatir akan terus terputar dalam posisi negatif yang akan membuat hidup semakin turun. Kuatir juga menyebabkan ketidakefisienan/ pemborosan baik dalam hal waktu, tenaga, pikiran, uang dan banyak hal yang lain.

Inti terakhir dari kekuatiran adalah takut mati. Orang sebenarnya lebih takut sengsara daripada mati, daripada sengsara lebih baik mati. Jadi kalau kita bisa dipancing untuk takut terhadap kesengsaraan maka habislah kita.
Paulus mengajarkan: aku tahu apa itu kelebihan, tapi aku juga tahu apa itu kekurangan; aku tahu apa itu berlimpah, tapi aku juga tahu apa itu sengsara; dan segala hal mampu kucukupkan di dalam Kristus yang memberi kekuatan kepadaku. Kalimat itu merupakan implikasi hidup Paulus yang mendorong jemaat untuk tidak kuatir dalam segala hal tetapi serahkanlah semuanya kepada Tuhan melalui doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

Seorang Kristen adalah orang yang dapat menghadapi kesulitan besar karena Tuhan beserta. Marilah kita belajar mengimplikasikan relasi bukan dalam kesejajaran tetapi ke atas yaitu dengan Tuhan. Setiap pergumulan kita mari kita gumulkan di hadapan Tuhan sehingga kita bisa tahu apakah doa dan permohonan kita tepat atau tidak, lalu kita bisa koreksi diri dan kita menjadi bersyukur karena dapat terus merasakan penyertaan Allah (providensia Allah).

Orang yang doanya salah yaitu terus menuntut/ meminta Tuhan maka orang tersebut tidak akan dapat bersyukur. Setiap hal yang terjadi selalu kita pertanyakan kepada Tuhan, Tuhan mau apa. Kita akan dapat bersukacita melalui sudut pandang Tuhan.

3. Filipi 4:7: Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.

Pola pikir dan seluruh eksistensi hidup kita dikembalikan kepada Tuhan, maka kita akan mengalami suatu damai sejahtera yang tidak ada di dunia ini. Alkitab mengatakan: damai sejahtera itu adalah damai sejahtera Allah, dan damai sejahtera itu melampaui segala akal. Orang dunia tidak akan bisa mengerti, mengetahui apalagi mengalami. Tuhan menyediakan suatu damai sejahtera yang dahsyat luar biasa yang masuk ke dalam diri kita. Orang yang betul-betul meninggalkan kepanikan, baru di dalamnya bisa tenang. Waktu dia meninggalkan kepanikan, dia bersandar kepada Tuhan, maka Tuhan menyediakan damai sejahtera yang tidak ada di dunia, seperti burung merpati yang bertengger di sebuah batu besar di tengah lautan yang sedang bergolak; dia bisa tenang karena dia bertengger di atas batu besar yang tidak tergoyahkan oleh badai. Inilah damai yang tidak terganggu oleh hal diluar karena pelabuhan jiwa yang sudah sampai kepada titik absolut. Setiap kali hidup kita bisa masuk ke pelabuhan jiwa yang sampai di titik absolut, maka kita tidak akan goyah lagi. Ide ini sudah ditangkap oleh pemikir-pemikir Hindu dan Budha, tetapi mereka tidak bisa mendapatkan titik absolut tadi, karena mereka tidak bertemu dengan Tuhan Yesus yang dapat memberikan posisi total absolut.

Kunci untuk mencapai pelabuhan jiwa tadi adalah pada waktu kita bisa mencapai titik pusat dari seluruh eksistensi positif yang paling positif. Kita kuatir kalau ada hal negatif yang akan menghantam kita. Kita bisa melawan hal yang negatif kalau kita bersifat positif. Positif itu bisa sampai titik puncak kalau kita bisa mencapai titik puncak absolut tadi.

1. Mencari keabsolutan di dalam ketidakabsolutan. Inilah yang dikerjakan oleh semua kontemplatif di dunia Timur. Mereka menyendiri, bermeditasi, memutlakkan posisi, mencoba mencapai moksa (yaitu naik ke atas menuju sifat surgawi). Dengan melakukan semuanya itu mereka berharap sudah melabuhkan diri pada titik yang absolut sehingga mereka bisa merasakan adanya damai sejahtera batiniah mereka. Damai sejahtera batiniah yang didalam tidaklah sama dengan damai sejahtera Tuhan, bedanya adalah yang dari Tuhan bersifat absolut sejati, sedangkan yang batiniah merupakan absolut palsu. Untuk mencapai damai batiniah ini mereka harus memotong relasi dengan dunia. Tetapi pada waktu mereka memotong relasi dengan dunia, damainya malah hilang, karena dirinya tidak bisa lepas dari semua hal yang ada di dunia. Untuk mencapai damai itu, mereka mendirikan kuil-kuil dan hidup di situ untuk menikmati damai.

2. Mencari damai dengan cara: positive thinking yang diduniawikan. Cara positif untuk mencapai damai sejahtera adalah seperti yang diungkapkan dalam Filipi 4:7-9. Ayat tersebut dikunci dengan “damai sejahtera Allah” (ayat 7) dan “Allah sumber damai sejahtera” (ayat 9). Bagian tengah yang diapit dua kata kunci itulah yang dapat membuat kita damai sejahtera. Ketika damai sejahtera Allah mengisi hidup kita, kita akan bersukacita. Dunia ini termasuk keinginan kita yang kita puaskan tidak akan dapat membuat kita bersukacita. Keinginan kita tidak akan terpuaskan. Damai sejahtera seharusnya tidak tergantung pada halhal di luar diri. Tuhan menyediakan bagi kita harta karun yang begitu besar, sayang kalau kita tidak bisa menikmatinya dan bahkan kalau kita diterkam oleh keduniawian yang membuat apa yang Tuhan sediakan menjadi lewat dari hidup kita. ?


Satu-satunya cara untuk melenyapkan kekhawatiran adalah doa, karena alasan-alasan berikut:
1.    1) Oleh doa kita memperbaharui kepercayaan kita dalam kesetiaan Tuhan dengan menyerahkan segala kecemasan dan persoalan kita kepada Dia yang memelihara kita (Mat 6:25-341Pet 5:7).
2.    2) Damai sejahtera Allah akan mengawal hati dan pikiran kita sebagai akibat dari persekutuan kita dengan Kristus Yesus (ayat Fili 4:6-7Yes 26:3Kol 3:15).
3.    3) Allah menguatkan kita untuk melakukan segala perkara yang Ia inginkan dari kita (ayat Fili 4:13Ef 3:16
lihat cat. --> Fili 3:20).
[atau ref. Fili 3:20]
4.    4) Kita menerima rahmat, kasih karunia, dan pertolongan pada waktu kita memerlukannya (Ibr 4:16).
5.    5) Kita yakin bahwa Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk kebaikan kita
(lihat cat. --> Fili 4:11;
lihat cat. --> Rom 8:28).
[atau ref. Fili 4:11Rom 8:28]
  4  Full Life : DAMAI SEJAHTERA ALLAH ... AKAN MEMELIHARA HATI DAN PIKIRANMU.
Nas : Fili 4:7
Ketika kita berseru kepada Allah dari hati yang tinggal di dalam Kristus dan Firman-Nya (Yoh 15:7), maka damai sejahtera Allah akan membanjiri jiwa kita yang susah.
1.    1) Damai sejahtera ini adalah kesentosaan batin yang dibawa oleh Roh Kudus (Rom 8:15-16). Perasaan itu meliputi keyakinan yang teguh bahwa Yesus dekat dan bahwa kasih Allah akan bekerja di dalam kehidupan kita demi kebaikan (Rom 8:28,32; bd. Yes 26:3).
2.    2) Bila kita menyerahkan segala kesusahan kita di hadapan Allah dalam doa, damai sejahtera ini akan mengawali pintu hati dan pikiran kita, sambil mencegah kesusahan dan dukacita hidup ini yang mengganggu kehidupan kita dan meruntuhkan harapan kita di dalam Kristus (ayat Fili 4:6Yes 26:3-4,12; 37:1-7Rom 8:35-391Pet 5:7).
3.    3) Kalau ketakutan dan kecemasan kembali, maka doa, permohonan, dan ucapan syukur sekali lagi akan menempatkan kita di bawah damai sejahtera Allah yang mengawali hati kita. Sekali lagi kita akan merasa aman dan bersukacita di dalam Tuhan (ayat Fili 4:4;
lihat art. DAMAI SEJAHTERA ALLAH).


Sabtu, 15 Februari 2020

Sebelum jatuh ke dalam dosa, kehidupan Adam dan Hawa sangat sempurna serta berbahagia karena
disertai pengertian akan kehendak Allah sekaligus pelaksanaannya. Mereka memiliki persekutuan yang intim dengan-Nya.
Tapi kehidupan tersebut harus diakhiri dengan sangat mengenaskan. Mereka diusir dari taman Eden (Kej3:23). Alkitab mencatat, “Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.” (Kej 3:24)
Sejak saat itu mulai timbul konflik dan problem hidup karena di luar taman Eden, mereka terbuka terhadap interpretasi bebas yang dibangun untuk mencari serta menikmati kembali relasi seperti sebelumnya. Dalam taman terdapat pimpinan Tuhan sehingga mereka mengerti dengan jelas. Namun dalam kehidupan berdosa, segala kemungkinan dapat terjadi.

Di masa pasca kejatuhan, mereka bukan jadi tertutup dan tak peduli terhadap-Nya melainkan terus mencari hadirat dan kehendak-Nya, beribadah serta berseru dengan harapan kiranya Allah mau berbelas kasih.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa walaupun rusak total, manusia tak mampu menghilangkan peta dan teladan-Nya dalam diri. Itulah yang menyebabkan adanya kerinduan untuk bersekutu dengan-Nya. Tiaporang dalam sifat keberagamaan maupun para Atheis pasti memilikinya. Dalam hati sebenarnya terdapatteriakan yang takkan terjawab atau tiba di perhentian sejati kecuali kembali kepadaNya. Tapi sekarangsuasana sangat berbeda. Mereka harus berusaha mencari cara mendekatiNya tanpa guidance Tuhan.
Pergumulan ini terus diperjuangkan sepanjang abad.
Pada mulanya dialami oleh generasi kedua yaitu Kain dan Habel. Mereka berjuang mencari yang berkenankepada-Nya dengan teliti walaupun sangat sulit supaya tak salah langkah. Jikalau Allah tak memberitahu,mereka takkan mendapat perkenanan-Nya saat memberi persembahan. Sebaliknya semua upaya malah membangkitkan murka-Nya. Namun di antara kakak adik tersebut terdapat lima perbedaan dalam perjuangan mendekati Tuhan:

Pertama, kedua pribadi tersebut berbeda. Kain ialah anak pertama yang dilahirkan oleh Hawa. Kemudianlahirlah Habel. Walaupun orangtua sama, mereka bertumbuh dalam dua karakter unik dan sangat berbeda.
Kain menjadi petani sedangkan Habel jadi gembala. Tak ada kesalahan dalam kelahiran mereka karena memang berdasarkan ketetapan-Nya.

Di Perjanjian Lama, nama menunjukkan karakter sekaligus corak hidup. Kain berarti “Aku mampu
mencukupkan diri sendiri”. Selain itu juga berarti “kekuatan” dan “Aku berhak mendapat tempat pertama atau prioritas utama”. Sedangkan Habel berarti “nothingness (ketiadaan atau kehampaan)”. Tafsiran lain mengartikannya “kerapuhan”. Maka Kain berusaha jadi yang terpenting sedangkan Habel mengikutinya di belakang. Mereka menjadi dua cerminan hidup berbeda. Perbedaan tersebut akan terus mendasari perbedaan selanjutnya.

Kedua, perspektif (cara pandang) hidup mereka berbeda. Di Kej 4 tercatat bahwa problem mulai muncul ketikaKain merasa Allah tak mengindahkan persembahannya sedangkan kepunyaan Habel diterima-Nya. Ternyata Ia lebih mengasihi dan memperhatikan Habel. Fakta tersebut cukup mengejutkan karena tampaknya tak adil. Secara manusia, Kain berhak mengajukan banyak alasan untuk menyatakan diri tak bersalah. Jikalau tuhan mereka beda, perlakuan tersebut masih dapat dimengerti. Tapi kenyataannya, mereka menyembah hanya Allah Yahwe, seperti yang diajarkan oleh Adam dan Hawa. Memang saat itu Ia belum memperkenalkan namaNya tapi pengajaran orangtua mereka pasti takkan salah. Maka mereka mengambil sebagian dari hasil pekerjaan untuk dipersembahkan kepada-Nya. Namun Ia memandangnya dengan cara yang sangat beda.
Banyak problem dan fenomena dalam dinamika hidup menunjukkan ketidakadilan, penindasan, teror dan kecelakaan. Maka filsafat yang mengatakan, “Life is unfair” diterima oleh banyak orang. Walaupun sulit tapi harus dimengerti bahwa Allah berhak menjalankan segala tindakan berdasarkan keinginan-Nya. Tak seorang pun, termasuk orang Kristen, berhak atas Diri Tuhan atau complain kepada-Nya karena Ia tak pernah berhutang. Banyak orang tak sanggup menerima pernyataan tersebut.
Pergumulan tersebut juga dialami oleh para penulis Alkitab karena menyaksikan bahwa kenyataan tak sesuai kehendak-Nya. Contoh, Asaf dalam Mzm 73 mengatakan bahwa mereka yang tak mengikuti jalan-Nya tampak lancar tanpa hambatan dan sangat bersukacita karena segala keinginan tercapai. Sebaliknya, mereka yang sungguh ikut Tuhan malah mengalami banyak kesulitan. Semua itu riil. Kemudian Allah menunjukkan kebenaran sejati yang belum diketahuinya. Maka ia bersaksi, “Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku, sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka. Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur.” (ayat 16-18) Banyak jawaban tak memuaskan karena tak tuntas tapi harus diingat bahwa Ia pasti tak salah ketika mengijinkan sesuatu terjadi.

Ketiga, motivasi ibadah mereka beda. Habel mempersembahkan korban sembelihan sedangkan Kain hasil pertanian sebagai tanda syukur kepada-Nya. Tapi Allah menolak kepunyaan Kain bukan karena salah materi. Ibr 11:4 menyimpulkan, persembahan Habel disertai iman sedangkan Kain tidak. Habel juga mendengarkan, mempelajari dan menangkap inti ajaran orangtuanya yang pernah memiliki pengalaman berkesan sekaligus sangat menyakitkan.
Ketika masih di taman Eden, Adam dan Hawa berusaha memperbaiki relasi dengan Tuhan. Caranya,
mengumpulkan daun lalu disemat jadi cawat untuk menunjukkan bahwa mereka terlanjur berdosa besar.
Ketika melihatnya, Allah membuat pakaian dari kulit binatang dan mengenakannya pada mereka sebagai tanda belas kasihan. Pengalaman tersebut tak terlupakan. Berarti, harus ada binatang disembelih. Inilah model persembahan yang ditetapkan-Nya sejak semula. Maka pertumpahan darah pertama bukan ketika Kain membunuh Habel.
Saat memberi persembahan, Kain berpikir, “aku hendak mempersembahkan yang terbaik menurut
anggapanku dari segala milik kepunyaanku kepada Allah.” Yang lain tak dipedulikannya dan Tuhan harus berkenan. Padahal Ia tak pernah menuntut melainkan menyediakan kesempatan. Tapi motivasi Kain memang hanya demi selfsatisfaction.

Jemaat mungkin memiliki hidup beragama sangat saleh. Ia juga dapat memberi persembahan atau aktif pelayanan. Semua itu merupakan persembahan hidup bagi Tuhan. Tapi Ia tak sekedar memandang pemberian bahkan yang terbaik sekalipun melainkan cara membawa persembahan ke hadapan-Nya.
Tak semua orang boleh datang kepada-Nya. Imam besar pun memiliki aturan khusus untuk masuk ke ruang Maha Kudus, misalnya hanya sekali dalam satu tahun. Ia juga harus mempersembahkan korban
penghapusan dosanya sendiri sebelum melakukannya bagi Israel. Ketia mereka mengeluh karena
perbudakan, Allah hanya berkenan menjumpai Musa di gunung Horeb. Di Yes 1:13 Ia menghardik mereka, “Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku.”

Keempat, model persembahan mereka berbeda. Sebenarnya tak ada alasan bagi Kain untuk tak
mempersembahkan korban bakaran berupa anak binatang sembelihan. Padahal Allah telah memberitahu melalui orangtuanya. Tapi bukan berarti bidang pertanian merupakan kutuk. Sedangkan persembahan Habel bukan karena profesinya. Ia berhasil menangkap essensi persembahan. Ia juga beriman bahwa jikalau Allah tak memberi jalan maka ia tak mungkin dapat datang kepada-Nya. Sebaliknya malah tersesat.

Di Perjanjian Baru mulai dimengerti bahwa persembahan mengacu kepada Kristus. Alkitab telah membuka semua rahasia. Kej 3:15 mencatat, Allah berfirman pada Adam dan Hawa bahwa keturunan mereka akan meremukkan kepala ular sedangkan ular meremukkan tumit. Tapi mereka tak mengerti kalau penggenapannya dalam Diri Kristus.
Tuhan memberi perumpamaan tentang doa orang Farisi dan pemungut cukai. Orang Farisi datang dengan keangkuhan akan hidup rohaninya (Luk 18:11-12). Sebaliknya, pemungut cukai mengatakan, “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” (ayat 13). Doa semacam inilah yang didengar-Nya.
Terlibat dalam banyak pelayanan dapat menimbulkan kemungkinan terjebak ke dalam pengalaman seperti Kain. The Spirit of Kain mungkin masih mempengaruhi hidup ibadah orang Kristen hingga tak lagi berpaut kepada-Nya.

Kelima, dua macam persembahan tersebut menghasilkan reaksi berbeda. Alkitab tak mencatat dengan jelas cara Allah menolak persembahan Kain. Tapi ada yang mengatakan tandanya terlihat dari asap.
Persembahan Habel mengeluarkan asap lurus naik ke atas.

Padahal Kej 4:6 hanya mencatat perkataan Allah pada Kain, “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?” Itulah tanda ia bersalah karena marah kepada-Nya walaupun tak berani langsung mengungkapkan. Maka sasaran amarah pindah pada adiknya.
Kej 4:8 mencatat, ia mengajak Habel ke padang. Setibanya di sana, ia membunuh adiknya. Dosa akan terus beranak turun temurun. Memang Habel mati secara fisik. Tapi Kej 4:10 mencatat, “Darah adikmu itu berteriak kepadaKu dari tanah.”
Habel sangat mengerti kehendak Allah maka mempersembahkan lemak anak sulung kambing dombanya.
Im 3:16 mencatat, “Segala lemak adalah kepunyaan Tuhan.” Lalu ayat 17 mencatat bahwa tak seorang pun boleh memakannya. Ketika dibakar jadi wewangian kepada-Nya.
Kemudian Allah bertanya pada Kain, “Di mana Habel, adikmu itu?” (Kej 4:9) Pertanyaan tersebut mirip dengan yang diajukanNya pada Adam dan Hawa ketika pertama kali jatuh ke dalam dosa, “Di manakah engkau?” (Kej 3:9) Bukan berarti Ia tak tahu tapi menuntut pertanggungjawaban, “Apakah yang telah kau perbuat ini?” (Kej 4:10) Lalu Kain bertingkah innocent, “Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?” Ia telah membohongi Tuhan.
Allah pasti menjaga wibawa, kemuliaan dan keagungan-Nya. Di satu pihak, Ia mengijinkan orang Kristen menjumpai-Nya tapi harus dengan gentar. Inilah tanda pertumbuhan rohani.